Sepanjang perjalanan dari Balikpapan ke Bontang, untuk pertama kalinya gue bener-bener mendapatkan suatu pelajaran dari situ. Entah karena faktor usia ataukah apa, sepertinya sesuatu yang gue lihat itu memiliki suatu sisi yang pantas untuk direnungkan. Di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi, bukit-bukit yang membentang dan langit yang memancangkan tiangnya dengan angkuh, gue merasa bener-bener ga ada apa-apanya dibandingkan itu semua. Muncul rasa bersalah di dalam diri gue, kenapa dengan diri gue yang bener-bener kecil dan mungkin ga ada artinya, gue terkadang suka menyombongkan diri. Padahal apa yang pantas untuk disombongkan? Ga ada. Gue pun teringat sama salah satu pengalaman temen gue. Dia bilang "Dulu temen gue di salah satu universitas favorit di Indonesia, saking pinternya sampe mereka banyak yang jadi atheis." Wow, dalam hati gue takjub. Bukan cuma mereka, bahkan ilmuwan-ilmuwan jaman dulu pun banyak yang menjadi atheis karena mereka menganggap semua yang ada di dunia ini merupakan sesuatu yang bisa diciptakan melalui logika manusia. When I think of God’s majesty, I think of gigantic oceans, the insurmountable mountains, rocks hills, the heavens and the third heavens, the beauty of creativity all displayed in perfect grandeur. The universe, the galaxies, the planets, the moon, the stars, wonders in the sea, hahaha okay I give up. My finite mind can't fathom the magnitude of His majesty. God's Majesty is contained not in words but unspoken order and silent wonder.

Libellés : life, mind

0 comment(s)

Post a comment