ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


Seoul, a City That Never Sleeps


Kota yang ga pernah tidur? Mungkin selama ini saya hanya tau bahwa a city that never sleeps adalah New York. Tapi, setelah sebulan lamanya saya singgah di dua kota di negeri ginseng ini saya berpendapat bahwa masih banyak sekali kota-kota yang tidak pernah 'tertidur'.

Tinggal di Seoul membuat saya berpikir "saya ga boleh menyia-nyiakan kesempatan ini". Walaupun saya bukan seorang yang terjerumus ke dalam K-Wave, saya merasa tertarik akan kebudayaan orang-orang Korea ini, bagaimana keseharian mereka, bagaimana kehidupan mereka, bagaimana cara mereka berinteraksi satu sama lain. Menikmati Seoul di siang hari mungkin sudah biasa, seperti berbelanja ke Myeongdong, melihat panorama kota Seoul dari Namsan Tower, nongkrong nongkrong cantik di cafenya yang super unik, bikin siapapun tertarik untuk sekedar menyeruput segelas kopi sembari foto foto lucu di dalamnya, mengejar artis, dll. Namun, menikmati kehidupan malam Seoul? Hmmm... Menarik!

Kebetulan, tempat saya menginap terletak di pusat kota. Awalnya kami ga ada niatan untuk melakukan hal yang 'aneh-aneh' selama di sana, selain karena kami kesana sebagai delegasi kampus, kamipun juga ga mau hal hal mengerikan terjadi. Namun, salah satu teman tiba-tiba mengusulkan,
"Ayo kita noraebang*, sekali sekali lah mumpung disini."
Saya pun setuju, karena ga ada salahnya mencoba bukan. Akhirnya kami berenam pun segera bersiap-siap untuk merasakan indahnya jadi anak gaul Seoul. Jaket pun tak lupa kami bawa, karena saat itu sudah memasuki pergantian musim, dari summer ke autumn, jadi yah anginnya sedikit menusuk.

Sampailah kami di sebut saja noraebang A. Oh ya, umumnya noraebang terletak di basement dengan lampu lampu yang temaram. Kami pun memasuki pintunya kacanya, di dalam ada seorang ahjussi* berambut cepak sedang duduk di belakang meja resepsionis.
"Kami mau noraebang 1 jam, berapa harganya?"
"150000 Won/jam", jawab di bapak bapak dengan judesnya.
Kami pun mulai menawar, cukup sengit karena kami masih belum lancar lancar amat bahasa Koreanya, dan bapak bapak itu pun ga bisa bahasa Inggris sama sekali. Tiba-tiba, datanglah 2 orang ahjussi mabuk yang kemudian menghampiri kita. Dengan susah payah dia berkata-kata, komat kamit ga jelas, lalu tertawa tawa. Kamipun takut karena dia semakin mendekat ke arah kami.
Dia pun berkata pada kami, "Hai, ayo kita sewa kamar."
Melihat kelakuan ahjussi mabuk yang mengerikan, tanpa pikir panjang kami langsung ambil langkah seribu, yang diikuti dengan muka ahjussi resepsionis yang keheranan.

Dan ternyata, dua ahjussi mabuk tadi mengikuti kami sampai luar. Entah apa maksudnya, dia masih tetap tertawa tawa sembari komat kamit ga jelas. Kami pun segera kabur ke noraebang lainnya, berharap mereka kehilangan jejak kami. Namun perkiraan kami salah saudara-saudara! Si ahjussi masih terus mengejar kami, sampai akhirnya kami masuk ke noraebang B. Ternyata, kali ini kami tidak salah pilih tempat, di dalamnya didominasi warna pastel, serta dindingnya dihiasi dengan wall sticker yang dipenuhi foto foto polaroid para pengunjung. Mas mas resepsionisnya pun baik hati dan sangaaaaaaaat ramah (dan lucu tentunya hehehe). Ketika dia melihat ahjussi yang tadi mengikuti kami masuk ke dalam noraebangnya sambil terus menggoda, dia pun dengan sigap langsung berbicara dan menyuruhnya keluar. Ga cuma itu, masing-masing dari kami pun dikasih 1 cup es krim, GRATIS!!

Di noraebang, saya memperhatikan, banyak sekali wanita wanita dan lelaki lelaki yang bernoraebang sendirian, menyanyi lagu sedih hingga menangis sesenggukan. Bukannya saya jahat loh, tapi karena kacanya yang transparan, mau ga mau ketika lewat saya sedikit mengintip. Saya kira adegan begituan hanya ada di drama drama Korea saja, secara kalau di Indonesia kan budayanya makin rame makin asik makin hemat pete-petenya juga.

Setelah bernoraebang sampai puas, kami pun memutuskan untuk mengisi perut yang sedari tadi keruyukan minta diisi. Odeng sepertinya yummy dimakan saat jam segini, pikir kami. Belum sampai kami di gerobak odeng langganan, mata kami sudah disuguhi berbagai macam adegan yang selama ini hanya kami lihat di drama. Ada yang teriak teriak, ada yang pukul pukulan, ada yang tampar tamparan, ada yang salah satu mabok salah satunya marah marah, ada yang mabok hingga jackpot di tengah jalan, ada yang mabok hingga ketiduran di jalan, semua ada deh. Tapi hebatnya, walau ada orang orang yang mabok di sekitar situ, yang nongkrong-nongkrong atau sekedar ngemil-ngemil tengah malam, mereka sama sekali ga ada tuh yang mengurusi orang orang yang sedang ber-drama itu. Mereka cuek cuek aja asal ga mengganggu mereka. Bayangin deh kalau hal kayak gitu terjadi di Indonesia, pasti langsung pada rame-rame ngerubutin, entah ngefoto lalu diupload, entah bisik-bisik ngegosip, entah ngetawain, entah melerai.

Lalu apa yang membuat saya berpendapat bahwa Seoul adalah kota yang ga pernah tidur? Jalan jalan tengah malam di Seoul ga jauh beda sama jalan jalan ketika prime time. Semuanya masih stylish, rapi, cantik cantik ganteng ganteng, walaupun ada yang berantakan karena lagi mabok. Beda banget sama kami yang keluar hanya memakai piyama, jaket dan sendal jepit. Walaupun sudah tengah malam menjelang pagi, suasananya masih ramai, kendaraan lalu lalang, orang orang duduk sembari mengobrol dan makan, padahal hari itu bukan weekend loh.

Kalau ditanya, mau lagi ga jalan jalan tengah malam di Seoul? Surely will do! Tapi ada yang mau bayarin ga ya? ;)


Noraebang : Karaoke
Ahjussi: Bapak-bapak
4 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------