ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


2 Hours and 2 Glasses of Javachip Frapuccino
Namanya Nyala. Saya mengenal dia setahun lalu, ketika iseng-iseng saya mengunjungi blog miliknya. Saya terpukau dengan tulisan-tulisan dan juga foto-foto yang menghiasi tiap tulisannya.

Dimulai dari mengobrol kecil di chatbox dan juga social networks, kami pun menjadi dekat. Satu hal yang mendekatkan kami adalah, kami sama-sama suka dengan fotografi. Saya belajar darinya, begitu pula dia. Kami saling bertukar ilmu dan tertawa bercanda. Selain itu, kami pun sama-sama suka dengan alam. Berada di alam terbuka, melihat langit biru yang membentang, mendengar kicauan burung-burung yang seakan bernyanyi, melihat pancaran cahaya matahari yang menyeruak masuk dari sela-sela dedaunan.

Akhirnya, kami pun merencanakan untuk bertemu. Awalnya terbersit rasa takut di benak saya. Saya takut jika Nyala bukanlah seseorang seperti yang ada di bayangan saya selama ini. Mungkin memang wajar, karena saya hanya mengenal dia sebatas dunia maya.

Saat itu, di suatu tempat.

Saya duduk di sebuah coffee shop. Sengaja, saya memilih tempat duduk di sebelah jendela supaya saya bisa melihat orang-orang yang berseliweran dan melihat interaksi mereka antar satu sama lain.

Ketika sedang asyik memperhatikan orang-orang tersebut, ada sebuah sentuhan halus yang terasa di pundak saya. Saya pun menoleh, dan wow, ada seorang wanita yang tersenyum manis. "Prilly, ya?" Sapa dia.

Kemudian tanpa malu-malu dia menjulurkan tangan kirinya. Saya memperhatikan Nyala yang saat itu memakai blus warna hijau tosca dan jeans biru. Benar-benar kombinasi warna yang sangat bagus, dan terlihat sangat kontras dengan kulit Nyala yang putih.

Tiba-tiba saya terkejut, Nyala ternyata memiliki keterbatasan fisik. Ia memiliki satu tangan dan satu kaki, yang membuat dirinya harus berjalan menggunakan kruk setiap saat.

Nyala pun duduk di depan saya. Dua gelas javachip frapuccino pun jadi teman kami berdua dua jam itu. Dua jam yang terasa sangat singkat karena diisi dengan obrolan yang sangat menyenangkan. Mulai dari fotografi, alam, musik, berita terkini, sampai mimpi pun jadi pengisi obrolan saat itu.

Saya kagum pada Nyala. Keterbatasan fisiknya tidak menjadi hambatan baginya untuk terus bermimpi dan berusaha. Dia seakan bisa segalanya. Dan keterbatasan fisiknya tidak membuat dia malu untuk bergaul dengan orang lain. Dari dialah saya belajar bahwa seseorang tidak boleh berhenti bermimpi walaupun apa yang terjadi. Karena selalu akan ada cara untuk mencapai mimpi tersebut jika kita memang benar-benar berusaha.

Nyala, kamu adalah wanita yang hebat. Sungguh. Dan saya bersyukur sekali bisa kenal denganmu, walaupun diawali dengan kejadian yang tidak diduga. I owe you so much, Nyala!

Libellés : ,

0 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------