ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


Dimanakah Kemahaan Mahasiswa?
Dahulu kala, ketika ada seseorang bertanya, "Wahai X, apa pekerjaanmu?" dan seseorang itu menjawab "Saya adalah seorang MAHASISWA". Dengan tekanan pada intonasi ketika bibir berkata mahasiswa. Mahasiswa identik dengan sekumpulan muda-mudi yang memiliki kemampuan menangkap ilmu di atas rata-rata hingga ia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mahasiswa identik dengan embel-embel "MAHA" dari siswa, entahlah kita mengartikannya sebagai artian denotasi ataukah konotasi.

Mahasiswa identik dengan para pemikir-pemikir dan pejuang-pejuang bangsa yang idealis dan berjuang tanpa titik darahnya. Mahasiswa yang mengatasnamakan keadilan dan mulai berani mengeluarkan opini-opini skeptis terhadap negaranya, tidak lagi hanya tertunduk layu melihat sesama saudaranya diperlakukan tidak adil. Mahasiswa yang dilabeli dengan embel-embel penelitian, ilmiah, politik, opini, ide dan intelek. Bocah-bocah tanggung pun terkadang berharap, andai Einstein pernah menciptakan mesin waktu maka ingin rasanya menjadi mahasiswa sekarang juga.

Tetapi sekarang, keadaan itu seakan berbalik 180 derajat. Seperti sebuah mesin di pabrik yang lama-lama berkarat, kemahaan mahasiswa pun seiring dengan berjalannya waktu semakin terkikis habis dan membuat miris. Entah karena mahasiswanya yang berpikir ideal ataukah memang sebenarnya tidak ada jiwa kemahasiswaan di dalam tubuh mahasiswa tersebut? Jadi, dia adalah seorang mahasiswa yang berstatus mahasiswa tetapi masih memiliki jiwa layaknya seorang siswa.

Mahasiswa jaman sekarang bagaikan sebatang kayu yang sudah disiram minyak tanah, tinggal sekali sulut dan BRRRSSHHH.. habis terbakar. Lihatlah di televisi, beribu-ribu mahasiswa di negeri ini berlomba-lomba mengeluarkan opini-opini darinya yang mengatasnamakan idealisme. Mereka menuntut keadilan di negeri ini seakan mereka yang paling pintar karena mereka maha dari siswa, padahal ilmu politik pun belum mereka kuasai dengan baik karena mereka sama-sama masih belajar.

Opini demi opini dari mahasiswa tersebut bermunculan seperti penyakit yang mewabah. Yang membuat hati semakin miris, ketika mahasiswa itu beropini dan berpendapat untuk kepentingan dirinya sendiri, kelompok, maupun segelintir kaum-kaum berdasi yang menyokong mereka dari belakang. Yang membuat hati semakin miris, ketika mereka mulai berani bertindak sesuai dengan egonya yang tinggi, untuk menyalurkan emosi dan nafsu mereka. Mereka membakari gedung, melihat temannya yang sesama mahasiswa ditembak oleh aparat, lalu mereka yang katanya maha dari siswa yang pasti sudah diajari untuk tidak berbuat bathil malah menusuk aparat dengan golok.

Bayangkan, bagaimana perasaan orang tua mahasiswa itu ketika melihat anaknya berada di tengah ladang kelam dari demonstrasi? Bagaimana perasaan keluarga dari aparat yang dibunuh begitu saja? Apakah yang dilakukan mahasiswa tersebut bisa memperbaiki negeri ini? Tidak, yang terjadi adalah semakin carut-marutnya keadaan negeri ini. Oleh karena itu, yang patut kita pertanyakan adalah, dimanakah kemahasiswaan mahasiswa saat ini?


Be careful what comes out of your mouth, your mind and your actions!

Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------