ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


A Story of A Boy Meets Girl #1


Suatu hari, ada seorang wanita sedang duduk di kursi sebuah taman. Dia sedang menikmati indahnya pemandangan sore hari itu dari balik kaca mata yang menutupi mata indahnya. Kemudian, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ya, sebuah buku yang telah lama menjadi favoritnya. Buku yang ditulis oleh Charles Dickens. Ketika dia sedang terlarut di dalam labirin imajinasi yang tercipta dari guratan indah Dickens, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dan duduk di samping wanita tersebut. Lelaki tersebut memakai kemeja kedodoran, celana pendek yang ujungnya sudah robek-robek sedikit dan sepatu kets. Wajahnya pun tergolong lumayan, dengan garis wajah yang tegas. Namun, wanita tersebut tidak menoleh sama sekali. Entah pura-pura tidak tahu atau memang jiwanya seakan sudah tersedot ke dalam buku tersebut.

Lelaki tersebut berkata, "Indah sekali pemandangan sore hari di sini." Namun wanita tersebut tidak memberikan respon apa-apa. Dia hanya berdehem kecil, sebagai tanda kalau ia setuju. Juga sebagai tanda bahwa ia tidak ingin diganggu.

Lelaki itu pun seakan tidak ingin menyerah, dia pun melanjutkan, "Hai, saya Lelaki." Seraya mengeluarkan tangannya. Wanita tersebut menoleh, melihat ke tangan lelaki tersebut. Sepertinya dia tipe lelaki yang cukup peduli dengan penampilan. Pergelangan tangannya dibalut sebuah jam dari stainless, yang cukup membuat mata si wanita silau karena stainless tersebut memantulkan cahaya matahari. Si wanita tersenyum kecut namun tidak ada respon lain selain segaris senyum yang bahkan si pemilik bibir pun tidak rela melakukannya. Ia bahkan tidak menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan si lelaki.

Hari berikutnya, seperti biasa wanita tersebut sedang duduk dengan manisnya di kursi taman itu. Namun kali ini dia menggunakan headset di telinganya. Entah mungkin untuk menghindari peristiwa seperti kemarin. Tetapi, sebenarnya hal tersebut adalah palsu. Karena sepasang headset tersebut adalah sebuah alibi baginya agar tidak ada yang mengajaknya berbicara. Dia pun tidak mendengarkan apa-apa, hanya suara anak-anak kecil berlarian tertawa girang dan burung-burung yang berkicauan. Ketika sedang asyik membaca, lelaki itu datang lagi.

"Hai!" Sapa si lelaki. Tidak ada jawaban.

"Hari ini sama seperti kemarin. Langitnya cerah sekali." Masih tidak ada jawaban.

"Buku yang kau baca sepertinya menarik." Diam. Si wanita tidak membalas, bahkan menengok pun tidak. Suasana di sana pun terasa ikut menjadi sunyi. Senyap. Hanya suara imajinari yang hanya dirasakan oleh si lelaki yang membuncah di dalam pikirannya. Dia tak habis pikir, sungguh wanita yang sangat kaku. Bahkan mengangguk saja tidak.

"Oke, terimakasih. Have a nice day." Dan dia pun mengangkat kakinya dari kursi tersebut dan pergi meninggalkan wanita itu duduk sendiri.

"Aku bukannya takut berkenalan denganmu. Aku bukannya tidak mau berbicara denganmu. Aku hanya takut kau akan seperti lelaki A, lelaki B, lelaki C, dan lelaki-lelaki lainnya. Mereka juga sepertimu, menyapaku, mengajakku berbicara, tetapi mereka dalam hati berkata, aku akan membuatmu kehilangan pegangan ketika kehilangan aku. Aku akan meninggalkan kamu ketika kamu sangat membutuhkan aku. Aku akan menemukan wanita A, wanita B, dan wanita lainnya ketika kamu masih merindukan aku. Aku takut kamu sama seperti mereka, lelaki. Maaf." Wanita tersebut pun menutup bukunya yang telah selesai dia baca. Dan memasukkan ke dalam tasnya. Seperti halnya dia menutup hatinya rapat-rapat dan memasukkannya ke dalam sebuah lembah tak berujung yang tak dapat seseorang pun meraihnya.

Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------