ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


Hometown, Place Where I Belong
Bicara soal tempat tinggal, selama 19 tahun gue hidup, gue ga hanya tinggal di salah satu kota saja. Kehidupan gue jika dianalogikan bagaikan sebuah arus listrik, dia selalu dinamis dan ga statis. Jadi selalu bergerak, yah walaupun pergerakan gue ga secepat arus listrik tentunya. Gue terkadang sedikit merasa iri dengan teman-teman gue yang memiliki kesempatan untuk berpindah-pindah, bukan hanya lintas kota, provinsi, bahkan negara. Yang membuat gue iri adalah, mereka bisa mendapatkan banyak sekali pengalaman, relasi dan juga pengetahuan budaya. Walaupun pasti di tiap perpindahan mereka, akan diiringi dengan perpisahan yang pastinya.. sedih dan berat. But hey, that's life. Selalu ada kompleksitas dan juga keterbalikan di dalam suatu hal yang mau ga mau harus dijalani dan dihadapi. Kalau ga begitu, hidup akan terasa datar dan ga ada makna yang bisa diangkat dari hidup.
Okay, back to the topic. Soal tempat tinggal, gue baru tinggal di tiga kota yang semuanya bertempat di Indonesia.


- Bontang

Dari sejak gue lahir hingga berumur 18 tahun, gue tinggal di Bontang. Gue suka kebingungan menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya, gue orang mana? "Orang mana" di sini konteksnya adalah suku loh ya. Cuma sedikit gue perhalus karena bisa-bisa dianggap tulisan gue ini mengandung SARA. Oleh karena bokap nyokap gue adalah orang Jawa, gue jawab aja dengan santai "gue orang Jawa". Nah, permasalahan timbul di sini. Mereka lalu bertanya apakah gue lahir di Jawa, langsung aja gue jawab engga karena sudah jelas-jelas gue lahir di Bontang. Mereka pun tertawa dan berkata bahwa saya bukanlah orang Jawa, karena ga lahir di Jawa. Dari situlah suka timbul kebingungan, nah kalo gitu gue orang mana dong? Jawa bukan, Kalimantan juga bukan. Lalu, sejak saat itu setiap ada orang bertanya, gue orang mana? Gue akan menjawab "gue orang Indonesia", untuk menghilangkan segala bentuk kebingungan yang ada. LOL.
Namun, masih banyak banget orang-orang yang gatau Bontang itu dimana. Pernah ada yang mengira di Sulawesi, bahkan Papua. Padahal, kalo dilihat-lihat Bontang ga kalah tuh sama Samarinda yang notabene adalah kota besar di Kalimantan Timur. Dari segi lalu lintas, Bontang yang paling juara. Tertib, rapi, lampu lalu lintas ga ada yang byar-pet (re: suka mati apalagi pas jam sibuk). Yah, mungkin karena emang penduduk di Bontang ga sebanyak kota besar lain kali ya. Seingat gue, Bontang macet cuma pas abis buyar nonton bola dan jam berangkat dan pulang kerja karena ada pemeriksaan kendaraan ketika keluar dan masuk pabrik. Dari segi ekonomi, Bontang memiliki APBD tertinggi ke-2 dan tingkat gaji tertinggi pertama se-Indonesia. Masyarakat Bontang pun bisa terbilang makmur dan sejahtera. Bayangin deh, penjual cireng aja pake motor Ninja RR dan handphonenya Nokia 5800. Ckckck jaman gue SMA kayaknya handphone gue kalah canggih tuh. Sekurangmampunya masyarakat Bontang, minimal mereka pasti memiliki satu motor yang bertengger di depan rumahnya. Dari segi lingkungan, Bontang adalah kota yang sangat asri karena masih banyak pohon dan juga taman-taman. Di tengah jalannya juga diberi space khusus untuk tempat tanaman yang setiap hari dengan rutin disirami oleh DPU. Oleh karena itu, Bontang sempat meraih piala Adipura selama dua tahun berturut-turut. Dari segi pendidikan, pemerintah Bontang sepertinya sangat memperhatikan pendidikan untuk masyarakatnya. Sebagai contoh, seluruh sekolah negeri di sana tidak dipungut biaya. Jadi, sekurangmampunya masyarakat di sana, minimal mereka telah mengenyam pendidikan hingga SMA, karena gratis.
Sayangnya, di Bontang sangat minim hiburan. Misalnya, di sana ga ada bioskop. Ini menjadikan gue jadi bahan bulan-bulanan teman-teman gue karena di kota asal gue ga ada bioskop hehehe. Mal juga baru dibangun dan yah, bisa dibayangkan sendiri lah seperti apa. Tapi lumayan lah untuk sekedar menghilangan penat ketika sekolah, soalnya gue rajin banget main DDR di sana hehehe. Nah, baiknya, untuk mengobati rasa duka hati lara karena minimnya hiburan, dua pabrik besar yang terdapat di Bontang tersebut menyediakan fasilitas hiburan untuk para karyawannya. Tiap weekend, gue dan teman-teman selalu fitness, sauna, bowling, dan itu semua GRATIS! Wuuuwww heaven.
Gue sih berharap semoga pemerintah Bontang bisa tetap mempertahankan atau kalau bisa semakin memajukan kota Bontang. Biarpun Bontang adalah kota kecil yang bahkan keberadaannya diketahui oleh sedikit orang, tetapi dia bisa memberikan sesuatu yang besar untuk Indonesia.


- Surabaya

Sebenernya gue tinggal di Surabaya dalam waktu yang sangat singkat sekali. Cuma sekitar dua bulan. Itupun karena gue terpaksa harus mengikuti bimbel persiapan SNMPTN di Ganesha Operation SMA kompleks. Hari-hari gue di Surabaya pun dihabiskan dengan belajar dan belajar. Walaupun gue tinggal di Bontang, namun tiap liburan pasti gue pulang kampung ke Surabaya, karena bokap nyokap gue berasal dari kota ini. Sama aja sih seperti kota-kota besar lain, hiburan di sini sangatlah banyak. Mal, cafe, tempat nongkrong, dll. Namun, pada dasarnya gue bukan tipe orang yang suka nongkrong dan (pastinya) menguras kantong seperti itu. Gue lebih tertarik pada tempat-tempat yang masih berbau nature. Kalaupun gue diajak oleh temen-temen gue, ujung-ujung gue membeli desert dan beveragenya aja. Gue hanya berpikir, sayang menghambur-hamburkan duit sebanyak itu. Kalau di tempat lain yang mungkin lebih low-class bisa dapet makanan yang lebih murah dan lebih enak, ya kenapa engga. Entah kenapa, lidah gue lebih bergoyang jika makan soto dari mamang-mamang yang lewat di depan tempat bimbel menggunakan mangkok bergambar ayam dan bertuliskan mi-won, daripada gue duduk di tempat yang nyaman dan menggunakan mangkok beling berukir-ukir. Seperti ada rasa aneh yang timbul, tapi gue gatau apaan. Yang gue suka dari Surabaya adalah bangunan-bangunan tuanya yang masih berdiri kokoh dan juga orang-orangnya yang rame dan seru.


- Bandung.. errr.. I mean Jatinangor

Jatinangor masih Bandung ga ya? Hmmm... Bandung coret mungkin? Yaaah, entahlah itu yang jelas masih dalam wilayah Jawa Barat. Gue sama sekali ga pernah terpikir akan tinggal di daerah antah berantah seperti ini. Jatinangor? Gue dulu bahkan gatau itu dimana. Tetapi itu semua berubah ketika tiba-tiba gue terpaksa harus mengisi salah satu pilihan di luar regional III SNMPTN. Awalnya konselor gue menyuruh untuk memilih HI UI, karena berdasarkan hasil tes dan try out yang selama ini diadakan gue dianggap mampu untuk lolos passing grade dari HI UI. Namun, gue ga mau kuliah di Jakarta. Rame, sumpek, padat, dan gue takut ga sanggup di UI hehehe. Akhirnya iseng-iseng gue pilih HI Unpad. Dan ternyata GUE LOLOS! Whatta surprise! Sejak saat itu gue benar-benar hidup di Jatinangor, sendirian, tanpa siapa-siapa karena memang tidak ada saudara gue yang tinggal di Jawa Barat. Makan, duit, segala macem gue mesti ngurus sendiri. Dari sinilah gue menyadari manfaat dari nyokap gue mengajari untuk hidup mandiri sejak gue kecil. Gue jadi ga perlu terlalu bersusah payah untuk beradaptasi dengan daily life gue. Gue ga kebayang, kalo misalnya dari kecil gue selalu dimanja dan apa yang gue mau selalu gue dapatkan, mungkin gue udah nangis-nangis tiap malem sampe mata gue kayak kodok kali ya.
Yang paling gue suka dari Jatinangor adalah udaranya yang dingin-dingin semriwing. Lalu gue juga cocok dengan makanannya. Awal-awal gue pindah ke Jatinangor, berat badan gue naik drastis hingga mencapai 52 kg. WOW! Padahal seumur-umur gue ga bisa banget yang namanya gendut. Namun sekarang gue udah bisa beradaptasi dan berat badan gue cenderung stabil, 49 kg hehehe.

Kalau gue ditanya, di mana yang paling betah? Tentu gue akan menjawab Bontang. Karena, gue udah hidup di Bontang selama 18 tahun. Segala kenangan manis, buruk, sedih semuanya ada di sana. Selain itu, gue agak sedikit apatis dengan kota besar. Gue terkadang suka miris melihat kelakuan orang-orang di lalu lintas kota besar. Yelling, shouting and cursing are the simply greets on the streets. The people don't care about the other. Seenggaknya hal tersebut membuat gue bersyukur dilahirkan di kota kecil yang at least pagi-pagi kita bisa ngeliat orang-orang menebarkan senyum dan ga serba terburu-buru. Gue suka Bontang ketika pagi karena gue selalu suka udaranya. Segar dan masih terasa basah oleh embun. Gue suka Bontang ketika malam karena gue bisa stargazing dari halaman belakang rumah dan melihat ratusan bintang-bintang bertebaran di langit. Lain halnya dengan kota besar, dimana udara segar dan melihat bintang adalah suatu hal yang sangat langka.



Libellés : , , , ,

0 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------