ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


Best Friends of Mine #1
Friend should be the ones listening to your secrets, not the ones that hurt your feelings without knowing. Friends should be the ones that keep all your secrets, not those who spread it all around.


Bicara tentang teman atau sahabat, tentunya tidak ada manusia di dunia ini yang tidak bisa hidup tanpa seorang teman. Bahkan seorang yang antisosial pasti dia akan butuh teman, walaupun hanya sebatas teman imajiner. Yah, tapi itu bisa dibilang teman juga kan.
Saya juga tidak akan pernah bisa menjadi seorang yang seperti sekarang jika tidak ada teman-teman saya, keluarga juga tentunya, yang telah menemani saya sejak saya kecil. Menurut saya, teman ada dua jenis. Teman biasa dan teman dekat. Namun, banyak sekali orang-orang yang masih belum bisa membedakan yang mana teman biasa dan yang mana yang teman dekat. Teman biasa umumnya hanya akan ada di kala senang. Dia juga tidak tahu terlalu banyak tentang kita. Anggaplah sebuah jeruk, yang dilihat hanyalah bagian kulitnya saja. Berbeda dengan teman dekat. Dia akan selalu ada baik ketika kita sedang senang ataupun sedih. Dia akan rela menghapuskan airmata kita dengan sentuhan lembut jari-jarinya dan memberikan bahunya untuk bersandar. Dia akan ikut senang jika kita senang dan ikut sedih ketika kita merasa sedih. Keberadaan teman dekat bagi saya sangat bermakna, mereka bahkan sudah seperti kakak dan adik saya.

Her name is Tiara Risky Fabriandani, but just call her Tyr. Awal kedekatan saya dan dia cukup aneh. Kita berdua sama-sama bersekolah di YPK. Ketika kelas VII, saya sempat sekelas dengannya, tetapi bahkan kita tidak pernah ngobrol satu sama lain. Saat itu dia tergolong anak-anak yang bandel di sekolah, sedangkan saya anak yang biasa-biasa saja. Duduk manis di kelas. Namun, kelas VIII, yang terjadi malah kebalikannya. Saya menjadi anak yang suka menclak-menclok sana-sini, dan dia jadi anak yang pendiam. Mungkin sudah lelah jadi buronan sekolah kali ya hehe. Titik kedekatan kita berdua ketika kita terkena masalah dengan kelompok sebelah yang disebabkan oleh mantan pacar saya, Rafel dan juga teman-temannya. Masalah yang sangat klise sebenarnya, namun sangat dibesar-besarkan. Maklum masih SMP. Dari situlah kita mulai dekat, sampai akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke SMA Negeri, sekedar untuk mencoba-coba.

Her name is Resty Gustianingsih, but just call her Resty. Awalnya saya mengenal dia ketika kelas 5 SD saya mengikuti kursus Bahasa Inggris. Tak dinyana dan disangka, kita satu sekolah lagi di YPK. Resty bisa diibaratkan sebagai bunga desa. Selain aktif berorganisasi, dia juga banyak disukai murid-murid baik senior maupun junior. Sayangnya, ketika SMA dia memilih untuk melanjutkan sekolahnya di Bogor.

Her name is Yuliana Sari Rumpoko, but just call her Yuli. Kita berdua sekolah di tempat yang berbeda. Ketika saya kenal dengannya, saya sedang bersekolah di YPK dan dia di Vidatra. FYI, dulu sekolah ini terkenal tidak bisa akur. Bukan tawuran, bukan berkelahi, tetapi saingan di bidang akademik dan non-akademik. Mungkin karena sama-sama yayasan perusahaan dan sama-sama sekolah swasta yang memiliki reputasi baik. Saya kenal Yuli dari Tyr. Ketika SMA, Yuli merupakan sahabat saya yang suka malas ngapa-ngapain. Berorganisasi tidak mau, belajar malas-malasan, kerjaannya hanya berkutat dengan Kpop. Namun, sekarang Yuli sudah berubah sedikit-sedikit menjadi lebih baik. Dia suka berorganisasi dan tidak mengurus Kpop lagi :p

Her name is Wenita Tri Hastari, but just call her Wendut. Dia juga bersekolah di Vidatra. Awalnya, saya dikenalkan oleh Yuli kepadanya. Saya salut sekali sama dia. Dia bukanlah tipe orang yang pendiam, pemalu, what-so-ever. Dia sangat-sangat-sangat tidak bisa diam. Kerjaannya di sekolah adalah berorganisasi, ngeband, lalu bowling, lalu dance. Sampai-sampai saya sering berpikir "Ini orang ga ada capeknya apa ya?". Oh by the way, Wendut akan menikah bulan Maret tahun ini. Wish her luck ya, lovely readers! :)

Her name is Rasydah Mulia, but just call her Rasda. Dia bersekolah di Vidatra juga. Rasda memiliki suara yang wooowwww. Jangan ditanya deh, baguuuussss sekali. Rasda juga banyak memberikan saya pelajaran hidup. Mengingatkan bahwa kita tidak selamanya hidup dengan bantuan orang lain. Ada saatnya kita harus berjuang sendiri. Sama halnya seperti dia. Mamanya sudah menjadi single fighter sejak ditinggalkan oleh ayahnya pergi menghadap yang kuasa. Namun, ibunya masih tetap kuat bekerja, menghidupi dan mengasihi anak-anaknya.

Her name is Syamsiah Ambo, but just call her Cimbo. Sama seperti Yuli, Wendut dan Rasda, dia juga bersekolah di Vidatra. Dia adalah teman saya yang paling tomboy dari yang tertomboy. Cimbo adalah seseorang yang sangat multitalenta. Dia pintar, jago menggambar, jago main gitar, jago main drum, jago menyanyi, jago main keyboard, jago memainkan alat musik daerah, rajin ibadah. Seakan-akan tidak ada celanya. Dia orangnya tidak jaim dan paling suka berpose aneh ketika foto. Pose favoritnya adalah pose Dorce Gamalama :p

Her name is Alvintari Amalya Safitri, but just call her Pipin. Awal pertemuan saya dengan dia adalah ketika playgroup di Kuncup Melati. Dia adalah anak yang saya tahu hobinya mengenyot lidah (bisa dibayangkan kan :P). Ternyata, ketika SMP kita sama-sama bersekolah di YPK, setelah enam tahun dipisahkan karena SD YPK ada dua, YPK 1 untuk yang bertempat tinggal di sekitar PC dan YPK 2 untuk yang bertempat tinggal di sekitar BTN. Kebetulan saya mengecap SD di YPK 1 dan Pipin YPK 2. Ketika SMP pun kita jarang bertemu, karena memang Pipin tergolong anak yang pintar sehingga saya pun juga jarang bertemu dengannya di sekolah. Saya dekat dengannya malah ketika SMA, ketika saya sudah pindah ke SMA Negeri. Dari situ saya baru tahu kalau ayah kita ternyata teman dekat, karena sama-sama satu departemen. Nah loh, kebetulan yang sangat kebetulan. Tapi don't worry, hidup di Bontang selalu akan begitu. Merasa semuanya saling mengenal, karena lingkungannya hanya begitu-begitu saja.


(Left to right): Chymbo, Tyr, Yuli, Pipin, Resty, Rasda, Me, Wendut.


Things which I love from them adalah, mereka supel dan pintar! Mereka juga bukan tipe sneaky snake person, yang suka backstabbing. Jika mereka tidak suka, mereka akan memilih untuk jujur. Mereka akan bilang tidak suka. Mereka berprinsip, lebih baik berkata langsung dan sakit di depan daripada berbicara di belakang dan lebih sakit ujung-ujungnya.
Saya sudah mengenal mereka lebih dari lima tahun yang lalu. Namun, officially terbentuknya Rockstar adalah tanggal 4 April 2005. Kita suka latihan band bersama, dance bersama, hanging out bersama, sleep-over, masak bersama, dll. Saya pernah memiliki teman sejak kecil, namun saya rasa mereka adalah teman terdekat saya, the truly bestfriends. Mereka tahu luar dalam tentang diri saya. Mereka tahu masalah saya. Saya juga tahu masalah mereka. Kita sangat dekat, hingga akhirnya ketika masuk waktu kuliah kita harus terpencar-pencar. Saya dan Wendut ke Bandung, Resty ke Bogor, Pipin ke Jogja, Tyr ke Malang dan akhirnya ke Samarinda, Cimbo dan Rasda ke Makassar. Akan sangat susah bagi kita untuk berkumpul lagi seperti waktu SMA, secara intens. Selain karena jauh, jadwal libur kuliah kita pun terkadang berbeda-beda. Sampai sekarang saya masih berharap, andai saja saya bisa kembali ke waktu SMA, ketika hidup masih serasa tanpa beban hanya terganggu oleh tugas sekolah yang tidak ada apa-apanya dibandingkan waktu kuliah. Saya masih tidur di kamar saya yang nyaman, setiap Sabtu bermain dengan sahabat-sahabat saya dan ketika Minggu setelah saya menghabiskan setengah hari bersama keluarga, saya akan bermain lagi bersama mereka. I don't know why, but I miss you, SO MUCH!!!!! :(



Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment
Hometown, Place Where I Belong
Bicara soal tempat tinggal, selama 19 tahun gue hidup, gue ga hanya tinggal di salah satu kota saja. Kehidupan gue jika dianalogikan bagaikan sebuah arus listrik, dia selalu dinamis dan ga statis. Jadi selalu bergerak, yah walaupun pergerakan gue ga secepat arus listrik tentunya. Gue terkadang sedikit merasa iri dengan teman-teman gue yang memiliki kesempatan untuk berpindah-pindah, bukan hanya lintas kota, provinsi, bahkan negara. Yang membuat gue iri adalah, mereka bisa mendapatkan banyak sekali pengalaman, relasi dan juga pengetahuan budaya. Walaupun pasti di tiap perpindahan mereka, akan diiringi dengan perpisahan yang pastinya.. sedih dan berat. But hey, that's life. Selalu ada kompleksitas dan juga keterbalikan di dalam suatu hal yang mau ga mau harus dijalani dan dihadapi. Kalau ga begitu, hidup akan terasa datar dan ga ada makna yang bisa diangkat dari hidup.
Okay, back to the topic. Soal tempat tinggal, gue baru tinggal di tiga kota yang semuanya bertempat di Indonesia.


- Bontang

Dari sejak gue lahir hingga berumur 18 tahun, gue tinggal di Bontang. Gue suka kebingungan menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya, gue orang mana? "Orang mana" di sini konteksnya adalah suku loh ya. Cuma sedikit gue perhalus karena bisa-bisa dianggap tulisan gue ini mengandung SARA. Oleh karena bokap nyokap gue adalah orang Jawa, gue jawab aja dengan santai "gue orang Jawa". Nah, permasalahan timbul di sini. Mereka lalu bertanya apakah gue lahir di Jawa, langsung aja gue jawab engga karena sudah jelas-jelas gue lahir di Bontang. Mereka pun tertawa dan berkata bahwa saya bukanlah orang Jawa, karena ga lahir di Jawa. Dari situlah suka timbul kebingungan, nah kalo gitu gue orang mana dong? Jawa bukan, Kalimantan juga bukan. Lalu, sejak saat itu setiap ada orang bertanya, gue orang mana? Gue akan menjawab "gue orang Indonesia", untuk menghilangkan segala bentuk kebingungan yang ada. LOL.
Namun, masih banyak banget orang-orang yang gatau Bontang itu dimana. Pernah ada yang mengira di Sulawesi, bahkan Papua. Padahal, kalo dilihat-lihat Bontang ga kalah tuh sama Samarinda yang notabene adalah kota besar di Kalimantan Timur. Dari segi lalu lintas, Bontang yang paling juara. Tertib, rapi, lampu lalu lintas ga ada yang byar-pet (re: suka mati apalagi pas jam sibuk). Yah, mungkin karena emang penduduk di Bontang ga sebanyak kota besar lain kali ya. Seingat gue, Bontang macet cuma pas abis buyar nonton bola dan jam berangkat dan pulang kerja karena ada pemeriksaan kendaraan ketika keluar dan masuk pabrik. Dari segi ekonomi, Bontang memiliki APBD tertinggi ke-2 dan tingkat gaji tertinggi pertama se-Indonesia. Masyarakat Bontang pun bisa terbilang makmur dan sejahtera. Bayangin deh, penjual cireng aja pake motor Ninja RR dan handphonenya Nokia 5800. Ckckck jaman gue SMA kayaknya handphone gue kalah canggih tuh. Sekurangmampunya masyarakat Bontang, minimal mereka pasti memiliki satu motor yang bertengger di depan rumahnya. Dari segi lingkungan, Bontang adalah kota yang sangat asri karena masih banyak pohon dan juga taman-taman. Di tengah jalannya juga diberi space khusus untuk tempat tanaman yang setiap hari dengan rutin disirami oleh DPU. Oleh karena itu, Bontang sempat meraih piala Adipura selama dua tahun berturut-turut. Dari segi pendidikan, pemerintah Bontang sepertinya sangat memperhatikan pendidikan untuk masyarakatnya. Sebagai contoh, seluruh sekolah negeri di sana tidak dipungut biaya. Jadi, sekurangmampunya masyarakat di sana, minimal mereka telah mengenyam pendidikan hingga SMA, karena gratis.
Sayangnya, di Bontang sangat minim hiburan. Misalnya, di sana ga ada bioskop. Ini menjadikan gue jadi bahan bulan-bulanan teman-teman gue karena di kota asal gue ga ada bioskop hehehe. Mal juga baru dibangun dan yah, bisa dibayangkan sendiri lah seperti apa. Tapi lumayan lah untuk sekedar menghilangan penat ketika sekolah, soalnya gue rajin banget main DDR di sana hehehe. Nah, baiknya, untuk mengobati rasa duka hati lara karena minimnya hiburan, dua pabrik besar yang terdapat di Bontang tersebut menyediakan fasilitas hiburan untuk para karyawannya. Tiap weekend, gue dan teman-teman selalu fitness, sauna, bowling, dan itu semua GRATIS! Wuuuwww heaven.
Gue sih berharap semoga pemerintah Bontang bisa tetap mempertahankan atau kalau bisa semakin memajukan kota Bontang. Biarpun Bontang adalah kota kecil yang bahkan keberadaannya diketahui oleh sedikit orang, tetapi dia bisa memberikan sesuatu yang besar untuk Indonesia.


- Surabaya

Sebenernya gue tinggal di Surabaya dalam waktu yang sangat singkat sekali. Cuma sekitar dua bulan. Itupun karena gue terpaksa harus mengikuti bimbel persiapan SNMPTN di Ganesha Operation SMA kompleks. Hari-hari gue di Surabaya pun dihabiskan dengan belajar dan belajar. Walaupun gue tinggal di Bontang, namun tiap liburan pasti gue pulang kampung ke Surabaya, karena bokap nyokap gue berasal dari kota ini. Sama aja sih seperti kota-kota besar lain, hiburan di sini sangatlah banyak. Mal, cafe, tempat nongkrong, dll. Namun, pada dasarnya gue bukan tipe orang yang suka nongkrong dan (pastinya) menguras kantong seperti itu. Gue lebih tertarik pada tempat-tempat yang masih berbau nature. Kalaupun gue diajak oleh temen-temen gue, ujung-ujung gue membeli desert dan beveragenya aja. Gue hanya berpikir, sayang menghambur-hamburkan duit sebanyak itu. Kalau di tempat lain yang mungkin lebih low-class bisa dapet makanan yang lebih murah dan lebih enak, ya kenapa engga. Entah kenapa, lidah gue lebih bergoyang jika makan soto dari mamang-mamang yang lewat di depan tempat bimbel menggunakan mangkok bergambar ayam dan bertuliskan mi-won, daripada gue duduk di tempat yang nyaman dan menggunakan mangkok beling berukir-ukir. Seperti ada rasa aneh yang timbul, tapi gue gatau apaan. Yang gue suka dari Surabaya adalah bangunan-bangunan tuanya yang masih berdiri kokoh dan juga orang-orangnya yang rame dan seru.


- Bandung.. errr.. I mean Jatinangor

Jatinangor masih Bandung ga ya? Hmmm... Bandung coret mungkin? Yaaah, entahlah itu yang jelas masih dalam wilayah Jawa Barat. Gue sama sekali ga pernah terpikir akan tinggal di daerah antah berantah seperti ini. Jatinangor? Gue dulu bahkan gatau itu dimana. Tetapi itu semua berubah ketika tiba-tiba gue terpaksa harus mengisi salah satu pilihan di luar regional III SNMPTN. Awalnya konselor gue menyuruh untuk memilih HI UI, karena berdasarkan hasil tes dan try out yang selama ini diadakan gue dianggap mampu untuk lolos passing grade dari HI UI. Namun, gue ga mau kuliah di Jakarta. Rame, sumpek, padat, dan gue takut ga sanggup di UI hehehe. Akhirnya iseng-iseng gue pilih HI Unpad. Dan ternyata GUE LOLOS! Whatta surprise! Sejak saat itu gue benar-benar hidup di Jatinangor, sendirian, tanpa siapa-siapa karena memang tidak ada saudara gue yang tinggal di Jawa Barat. Makan, duit, segala macem gue mesti ngurus sendiri. Dari sinilah gue menyadari manfaat dari nyokap gue mengajari untuk hidup mandiri sejak gue kecil. Gue jadi ga perlu terlalu bersusah payah untuk beradaptasi dengan daily life gue. Gue ga kebayang, kalo misalnya dari kecil gue selalu dimanja dan apa yang gue mau selalu gue dapatkan, mungkin gue udah nangis-nangis tiap malem sampe mata gue kayak kodok kali ya.
Yang paling gue suka dari Jatinangor adalah udaranya yang dingin-dingin semriwing. Lalu gue juga cocok dengan makanannya. Awal-awal gue pindah ke Jatinangor, berat badan gue naik drastis hingga mencapai 52 kg. WOW! Padahal seumur-umur gue ga bisa banget yang namanya gendut. Namun sekarang gue udah bisa beradaptasi dan berat badan gue cenderung stabil, 49 kg hehehe.

Kalau gue ditanya, di mana yang paling betah? Tentu gue akan menjawab Bontang. Karena, gue udah hidup di Bontang selama 18 tahun. Segala kenangan manis, buruk, sedih semuanya ada di sana. Selain itu, gue agak sedikit apatis dengan kota besar. Gue terkadang suka miris melihat kelakuan orang-orang di lalu lintas kota besar. Yelling, shouting and cursing are the simply greets on the streets. The people don't care about the other. Seenggaknya hal tersebut membuat gue bersyukur dilahirkan di kota kecil yang at least pagi-pagi kita bisa ngeliat orang-orang menebarkan senyum dan ga serba terburu-buru. Gue suka Bontang ketika pagi karena gue selalu suka udaranya. Segar dan masih terasa basah oleh embun. Gue suka Bontang ketika malam karena gue bisa stargazing dari halaman belakang rumah dan melihat ratusan bintang-bintang bertebaran di langit. Lain halnya dengan kota besar, dimana udara segar dan melihat bintang adalah suatu hal yang sangat langka.



Libellés : , , , ,

0 comment(s)
Post a comment
30 Days Challenges
Day 28 - Something that you miss

Di antara 30 pertanyaan yang ada di 30 days challenges ini, I think pertanyaan inilah yang sangat mewakili perasaan hati gue. Why? Karena gue sedang homesick. Bisa dibilang gue sudah terdampar di Jatinangor selama hampir dua tahun, dan gue menjejakkan kaki ke Bontang hanya satu tahun sekali. Bisa dibayangkan kan betapa merananya hidup gue. Gue terkadang iri dengan teman-teman gue yang rumahnya ga berada jauh dari Jatinangor, misalnya Jakarta. Seenggaknya, jika ada waktu luang mereka bisa mengisi waktunya dengan kembali ke rumah. Dan mereka pun tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk sampai ke rumah mereka. Lain halnya dengan gue, jika ada waktu luang gue harus memeras otak memikirkan mau pulang ke rumah atau tidak, karena biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Apalagi ayah dan ibu gue tinggal terpisah dan sangat jauh sekali jaraknya. Jadi gue harus berpintar-pintar mengatur skala prioritas.
Okay, back to the topic. The thing that I really miss, right now adalah Bontang. A small town with tons of fun. Hmm.. Bahkan banyak orang yang ngga tau dimana itu Bontang. Yeah, Bontang memang kota kecil, but don't ever under-estimate the power of a little thing. Bahasa pepatahnya sih "kecil kecil cabe rawit, pedas menggigit".
Sisi positif dari Bontang adalah, first, Bontang merupakan kota yang sangat bersih dan teratur. Di sini, lo ga akan bisa nemuin yang namanya traffic jam dan sampah yang berserakan dimana-mana. Thanks to bapak dan ibu pasukan kuning yang selalu patroli ngangkutin sampah keliling Bontang setiap hari. Penataan kotanya juga teratur. Ga heran kalo Bontang sudah dua tahun berturut-turut mendapatkan piala Adipura. Second, fasilitas masyarakat adalah yang nomor satu. Sekolah di Bontang ga kalah sama sekolah-sekolah yang ada di kota-kota besar. Mau fitness, sauna, renang, silahkan dipuas-puasin karena gratis. Sekolah negeri pun disana gratis dan ga bayar sama sekali. Third, Bontang memiliki APBD yang tertinggi loh di Indonesia. Tingkat gajinya juga tertinggi kedua di Indonesia setelah Papua. Fourth, Bontang itu kaya banget. Segala macam sumber daya ada di sini, kecuali pertanian yaa.
Sisi negatif dari Bontang adalah, first, Bontang minim sarana hiburan. Yeaah call them bioskop, pusat perbelanjaan, dll. Karena mungkin Bontang adalah kota industri jadinya masalah hiburan agak dianaktirikan. Second, tiket pesawat ke Bontang mahal. Dari Jakarta, kita harus transit dulu ke Balikpapan lalu dilanjutkan dengan pesawat khusus yang ke Bontang. Pesawat perusahaan sih, makanya sistemnya potong gaji. Kalo lagi musim liburan dan ga kebagian pesawat yaa siap-siapin mental aja mesti naik mobil atau bus ke Bontang 7 jam perjalanan dengan jalan yang udah kayak roller coaster. Tapi gatau kenapa gue selalu suka dengan bunyi pesawat kecil ini, meskipun kadang suka horor kalo pas take off. Kayak ada ketertarikan khusus antara telinga gue dan suara pesawat kecil yang berisik itu. Third, Bontang panas banget! Yeahh maklum aja lah yaa, namanya juga daerah Kalimantan deket Khatulistiwa, lalu deket pantai dan di bawahnya ada minyak. Gimana ga berasa kepanggang tuh hehehe.
Andai aja Jatinangor - Bontang jaraknya ga sejauh ini, kalo bisa dan ada duit gue bakalan bolak balik ke sana terus kali ya. Gue lahir dan besar di sana, jadi seakan ikatan batin gue dengan Bontang sangat kuat. Kota besar emang lebih menarik dari segi hiburan, tapi entah kenapa gue selalu ga pernah bosan kembali ke Bontang. Mungkin karena kenangan-kenangan gue yang ada di sana? Atau karena hal lain? Entahlah, gue ga peduli. I just wanna say that I really miss you, Bontang!


Yayasan Pupuk Kaltim, dari TK sampe SMP gue sekolah di sini



SMAN 1 Bontang



Ruang kelas favorit gue di Smansa



Beras Basah Island



Obor, tempat favorit buat nongkrong



PT Pupuk Kaltim, di situlah ayah gue (dan gue juga pastinya) mendapat uang



Pesawat kecil favorit gue

Libellés : , , , ,

0 comment(s)
Post a comment
Homesick








I miss my old friends from my little hometown with tons of fun, Bontang. Ever since we went to the different colleges, we drifted apart. They were like my other halves, part of my life and we were so close. I miss you guys so much :(

Libellés : , ,

0 comment(s)
Post a comment
It Reminds Me To My Childhood
this..


and this..


and this..

Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment
The Human Circle
Lingkaran manusia. Yah seperti judul yang tertulis di atas. Kejadian ini bermula ketika gue dan sahabat gue Tiara sedang ngobrol di depan kamar gue. Like usual, nostalgic time. Gue dan Tiara sedang menostalgiakan masa lalu, apalagi kalo bukan masa-masa SMA. High school is truly never ends, by the way. Go on, kita mulai mengulas permasalahan-permasalahan yang bertubi-tubi menghadang kita dulu. Lalu sekarang kita cuma bisa menertawain dengan bodohnya.

Dan, semua nostalgia itu membawa kita kepada suatu kesimpulan. "Ternyata dunia itu tidak selebar yang kita bayangkan." Padahal kita sekarang sudah punya hidup masing-masing. Tetapi, tetep aja orang-orang di kehidupan yang baru itu ternyata selalu punya hubungan dengan orang-orang di lingkungan yang lama. Dan semuanya akan kembali kepada kita. Jadi, ujung-ujungnya juga gue bakalan terbengong-bengong sendiri karena orang yang gue kenal sekarang ternyata punya hubungan juga sama orang-orang yang ada di masa lalu gue. Apa semua ini cuma kebetulan? Hmm.. I think no. There's no coincidence. Everything happens for a reason, that's why I called it "the human circle".


Love, P!

Libellés : , , , , ,

0 comment(s)
Post a comment
Days With Rockxtars In Bontang
Day 1:



Day 2:



Day 3:



Day 4:

Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment
It's All About One Word "Jungka"
Kehebohan yang kemaren pun berlanjut. Kami, para Bontangers pun berkumpul lagi di Andhini tercinta. Sempet ada balada Ucang manjet pager gara-gara pagernya udah digembok, dan dia bruukk jatuh deh dari pager haha ga keren banget deh ah. Kita flashback ke masa-masa SMA dengan ngeliat film-film gokil produksi dari Iii.. Jungka (rumah produksi dari Evan & the gang). FYI, apakah anda tau makna dari “jungka”? Sepertinya tidak afdol jika tidak dijelaskan disini. Jungka berasal dari kata “kajung” yang berarti “berdiri”. Yep, anda tau kan apa yang berdiri? Adek gue sih biasa ngomongnya “titit”. Nah untuk mengurangi makna vulgarnya, akhirnya kata “kajung” dibalik menjadi “jungka”. Tengah malem bolong itu kita ketawa ngakak-ngakak. Ternyata kita ga sadar kalo sedang membangunkan macan yang sedang tidur. Tiba-tiba, Yantos dateng dan marahin kita semua. Untung aja gue lagi melarikan diri ke kamar jadi ga ketauan deh kalo gue juga ikutan ribut. Kita webcaman terus ngobrol mulai dari kehebohan SMA, ngobrol jorok-jorok, apa ajalah sampe waktu imsak lagi.



Nah, Wenot kan lagi ga puasa, pas gue abis saur terus masuk kamar, si Wenot bengek. Oh my G, gue kan ga punya obat asma. Yauda gue lari-lari tuh cari obat asma blablabla ga ketemu juga. Si Wenot ini kebetulan lupa bawa semprotan asmanya. Waduh, bikin gue makin mau mampus. Terus dia nelpon taksi dan nekat mau balik ke Bandung jam 5 pagi. Serem banget gue, mukanya udah biru gitu. Tin.. Tinn.. taksinya pun dateng. Gue sampe buru-buru nyiapin keperluan buat ospek gue besok. Sampe dasi gue ternyata ketinggalan dan gue mesti balik ke kosan. Hahaha gokil ya, hanya untuk satu semprotan kita sampe nekat ke Bandung lagi.

Libellés : , , , ,

0 comment(s)
Post a comment
Call Us The Bontangers
Oke, say hello (again) to Jatinangor. Kali ini gue mengajak Wenot untuk bertandang ke desaku yang kucinta. Pas di taksi (sok elit banget naik taksi, padahal anak kosan haha), tiba-tiba Jesi —temen sekos gue— ngesms. “Pril, di kamar lo ada uler! Buruan balik lo”. SHITMAAAANNN, gue baru inget sama ikan bakar yang dikasih temen papsky. Ah ga mungkin, palingan si Jesi boongin gue biar gue cepet balik ke kosan, kan gue emang ngangenin hahaha.
Sesampainya di kosan..
KRIEETT.. Pintu gue buka. Hmm samar-samar tercium bau.. BUSUK! Wah berarti si Jesi ga main-main nih. Gue langsung lunjak-lunjak dan gemeteran, maklum gue emang Ophidiophobia. Jadi gue phobia sama hewan-hewan melata semacam cacing, ular dan uler brengsek itu sendiri. Dulu gue pernah tuh ga sengaja ada cacing di kaki gue, gue langsung ga minat makan 2 hari, terus tidur pun ngigau-ngigau mulu “Caciiiinggg… Caciiinggg..”, gara-gara gue mimpi cacing itu gue ga bisa tidur sampe 3 hari. Parah ya. Tiba-tiba, ibu kos dateng dan ngagetin gue dari belakang. Eh copot lo cacing! Si ibu nyuruh gue tenang-tenang aja soalnya kamar gue udah dibersihin. Wooo no no nooo, ga bisa ga bisa. Pasti masih ada yang nyelip biar satu, tar dia beranak terus kamar gue jadi kerajaan ulat. Oh my, gue ga bisa ngebiarin itu semua terjadi. Akhirnya si Wenot yang kebetulan ga phobia hewan melata, terpaksa jadi sukarelawan untuk mericek kamar gue yang malang. Fiiiuuuhh untung aja udah ga ada.
Malemnya, kosan gue kedatangan tamu istimewa. Evansius Sagala & M. Yusran Akbar, temen seperjuangan anak Bontang. Kebetulan gue sekosan sama 2 anak Bontang, yaitu Agita Dwi Fury & Ihwan Noerhadi. Nah, si Evan & Ucang ini sedang mengunjungi teman mereka tercinta yang bernama Ihwan. FYI, Evan ternyata satu fakultas sama gue, bedanya gue HI dan dia ANI. Kalo si Ucang anak Sastra Jerman, Wenot anak STPB dan Ihwan anak Fikom. Akhirnya kita berlima ngobrol ngalor ngidul sampe jam waktu imsak. Brrr.. karena dingin, gue dan Wenot pun beranjak ke kamar buat mimpi indah.


Balada Ucang manjat pagar Andhinni


Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment
60 % Sad, 40 % Anxious
Ga terasa banget beberapa hari lagi gue bakalan go ke Surabaya buat bimbel persiapan SNMPTN. Sedih? Of Course. Seneng? A bit. Karena dari dulu gue selalu mengidam-idamkan hidup sebagai anak kuliahan. Dimana gue bisa bebas nentuin segalanya, apa yang gue mau, apa yang gue anggep baik untuk diri gue. Ketika jadi anak kuliah, gue bakalan dianggap dewasa. Tapi ga enaknya, ninggalin hometown gue yang penuh memories dan temen-temen gue. Tetapi buat meraih masa depan yang lebih baik, why not?!
Hari ini UAS SMA berakhir. Seharian gue abisin bareng Rockxtars gue tercinta. Nongkrong, makan, main gitar, nyanyi-nyanyi bareng. Tengah hari, hujan deres banget. Tapi ah bodo amat, nanti kalo udah pada mencar-mencar pasti bakalan susah buat kumpul bareng.
Kota Bontang beda sama Jakarta, Surabaya ataupun kota-kota besar lainnya. Di sana banyak universitas, jadi kalaupun mencar masih ada kesempatan yang besar buat barengan lagi. Kalo di Bontang ga ada universitas yang bagus. Makanya buat kuliah kita mesti merantau. Anyway, sampe sekarang pun gue masih belum ada ancang-ancang bakalan kuliah di mana. Ketika semua temen gue ribet ngurusin surat lah, apalah, legalisasi apa lah. Gue tetep berpikiran, aelah tar gue juga bakalan kuliah di Jerman kok. Sodara gue udah ngurusin semuanya.
Mulai dari ujung sana sampe ujung sininya Bontang gue dan temen-temen jelajahin. Bahkan kita sampe ngubek-ngubek jalan tikus sampe nyasar kesana kemari saking penasarannya. Segala macem makanan khas Bontang kita cobain.
Ketika malemnya, di basecamp (caelah), winamp yang dipasang mode shuffle tiba-tiba memutar lagu berjudul Kehilangan. Itu lagu kenangan kita dulu. Sontak kita semua langsung pelukan dan nangis. Dan sama-sama berdoa semoga kita semua bisa lebih baik ketika kuliah nanti. Hiks. I'll miss you all, guys!

Libellés : , , ,

0 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------