ep·i·gram·ma [n]
1. Any witty, ingenious, or pointed saying tersely expressed.
2. A brief, interesting, memorable, and sometimes surprising or satirical statement.


Remembering Sunday
Malam ini belum terlalu larut ketika saya pergi ke supermarket di depan kosan untuk membeli cereal yang kebetulan sudah habis. Baru saja saya memasuki pelataran parkirnya ketika saya melihat sebuah kendaraan yang sangat familiar. Ya, saya sangat mengingatnya ketika kamu memboncengi saya ketika malam itu, sambil melihat bintang yang sangat banyak di langit Jatinangor, tidak seperti biasanya yang hanya muncul satu atau dua saja.

Flashback...
Tengah malam itu tanggal 19 Mei 2010, saya dan kamu masih belum tidur karena kita sedang asik mengobrol via YM dan mengobrol soal pertandingan Barcelona vs Inter Milan yang saat itu sedang berlangsung. Tiba-tiba langsung terbersit ide gila di dalam benak saya. Gimana kalo kita taruhan, dan kamu pun menyanggupinya. Saya menjagokan Inter dan kamu menjagokan klub kesayanganmu, Barcelona. Pertama-tama, saya khawatir akan hasilnya nanti. Dan ternyata, Inter menang saya pun menang taruhan. Sebagai hadiahnya, sesuai kesepakatan, yang kalah harus mentraktir yang menang makan. Setelah pertandingan berakhir, kita tidak langsung tidur, namun malah bercerita seram sampai saya dan kamu ketakutan. Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat hingga waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, saya pun ingin tidur karena ada kuliah siang.

Suatu malam yang dingin sehabis hujan tanggal 29 Mei 2010, tiba-tiba kita sepakat untuk saling mentraktir malam itu. Saya pun bertanya kepadamu, apa kamu ingin makan sushi? Katamu kamu ngidam sushi dari kemarin-kemarin. Akhirnya dengan kegirangan seperti anak kecil yang diberikan permen, kamu mengiyakan sushi. Oke, jam setengah 8 kita ketemu di Jatos. Saya pun mengambil sweater garis-garis kesayangan saya dan celana jins pendek.
Sesampainya di Jatos, kamu sudah menunggu di sana dengan jaket favoritmu, bersender di tiang lobi sambil merokok. Lalu kamu menghampiri dan menyapa saya dengan suaramu yang berat dan serak. Saya pun tersenyum. Kita pun berjalan, menuju ke J2J Sushi Bar. Kamu memesan California Roll dan saya lupa sama pesanan saya hehe. Selagi menunggu, saya meminjam iPhonemu untuk bermain monopoli, dan kamu dengan muka lucu mengajari saya bagaimana cara memainkannya. Lalu, obrolan demi obrolan telah kita lewati, mulai dari sakit kambuhan yang kamu derita, ceritamu ketika tinggal di Moscow, cerita tentang keluargamu, cerita tentang teman-temanmu. Dari caramu menceritakannya, kamu sangat menarik. Tiba-tiba ada teman sekelas saya yang juga ingin makan disitu, Anind, Gege dan satu lagi saya tidak tahu itu siapa. Terkejut melihat siapa yang sedang bersama saya saat itu, sontak naluri kejahilan mereka keluar. Mereka mulai ber-ehem dan ber-lainnya. Saya jadi malu hehe, entah waktu itu muka saya sudah semerah apa.
Ketika pesanan kita sudah datang, kita pun bertukaran saling mengicip sushi masing-masing. Kamu menghabiskan dengan lahap, pipimu yang menggembung karena kepenuhan membuat mukamu jadi semakin lucu. Namun saya belum memakan sushi milikmu, lalu kamu bilang "Habisin dooonnnggg, itu kan spesial hehe". Lagi-lagi saya cuma bisa tersenyum saja supaya tidak salah tingkah. Karena perut saya yang kepenuhan ataukah karena saya salah tingkah, saya jadi tidak menghabiskan sushinya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10, ketika lampu-lampu di sana sudah dimatikan, hanya ada lampu kuning 5 watt dari meja kasir yang membuat suasananya sedikit yah bagaimana yah saya tidak bisa bilang. Kita pun mengobrol lagi sampai jam 10. Ingin rasanya tetap disitu dan terus mengobrol, namun mau bagaimana lagi. Setelah membayar, kita jalan berdampingan, dan lebih dekat daripada ketika awalnya, sambil bercerita-cerita. Sampai di pelataran parkir, entah mungkin karena kamu tidak tega melihat saya pulang sendirian, kamu pun menawari saya pulang bareng. Dag dig dug. Selama di jalan, saya menyuruh dia melihat ke atas langit, karena langit malam itu penuh sekali dengan bintang. Selama saya di Jatinangor, baru pertama kali saya melihat bintang yang sebanyak itu. Apakah kamu tahu apa yang saya pikirkan saat itu? Saya berpikir andai saja waktu bisa dihentikan, ah tapi tidak mungkin. Lalu kamu bertanya kepada saya "Suka banget ya sama bintang?", saya pun mengangguk mantap. Dia lalu menengok dan tersenyum. Saya suka sekali akan bintang, dan malam itu terasa lengkap sekali melihat langit yang penuh bintang bersama dengan kamu yang lebih menarik daripada bintang.

Kembali ke hari ini, di depan supermarket.
Ketika saya memasuki supermarket, saya melihat kamu sedang berdiri di depan meja kasir. Ketika kamu melihat saya, saya langsung menundukkan muka. Entah kenapa, setiap sekarang ada kamu, saya selalu menundukkan muka tidak berani menatap kamu. Padahal toh kamu juga tidak akan peduli kan mau saya melihat kamu atau tidak. Sengaja saya menunggu kamu keluar dari supermarket itu baru saya ke meja kasir, padahal saya sudah selesai mengambil barang yang saya butuhkan. Saya malah mengingat yang telah lalu, ditambah lagi dengan diputarnya lagu Unintendednya Muse yang menambah galau hati.
Di depan supermarket, saya mendongak ke atas, melihat langit. Tetap tidak seindah yang waktu itu. Mungkin karena sekarang saya melihatnya tidak bersama kamu.

Libellés : , ,

0 comment(s)
Post a comment


---------------- Older Posts -----------------